Puasa Sebagai Anak Rantau!

Keseharian Puasa Anak Rantau!

Sejujurnya sebagai anak rantau ini banyak sekali perbedaan yang saya dapatkan ketika datangnya bulan Ramadan ini. Bulan Ramadan ini terasa lebih sepi karena saya harus hidup mandiri karena tidak ada support dari orang tua. Suasana yang berbeda yang saya rasakan terutama ketika sahur dan berbuka.

Dalam keseharian saya berpuasa di kampung halaman yaitu Jakarta, saya selalu dibangunkan oleh orangtua saya tanpa harus khawatir telat bangun. Lalu, hidangan untuk sahur sudah tersedia dan tinggal saya santap dengan lahap. Namun, suasana disini berbeda terbalik. Dikarenakan tidak adanya orangtua, saya harus mengandalkan alarm yang tidak pasti dapat membangunkan.

Ketika sudah bangun, saya harus menyiapkan sahur atau mencari sahur di sepanjang jalan dekat kosan. Dan sahur yang berkesan menurut saya adalah Gudeg Bromo. Kuliner satu ini merupakan salah satu yang sangat legendaris di Jogja karena makanan ini bukanya hanya pada tengah malam mulai dari jam 23.00 sampai Subuh berkumandang.

Dengan ciri khas yang buka pada tengah malam ini, saya biasa memanfaatkannya untuk sahur bersama teman. Suasana sahur ini biasa saya gunakan untuk bersosialisasi bersama teman dengan mengadakan sahur bersama agar lebih seru dan berbeda dengan sahur biasanya di Jakarta. Gudeg Bromo ini berbeda dengan gudeg lainnya karena cita rasa yang diberikan dari makanan ini tidak terlalu manis seperti gudeg yang lainnya, sehingga banyak pendatang yang berada dari luar Jogja yang tidak terlalu suka dengan rasa manis akan cenderung menyukai Gudeg Bromo ini.

Lalu pada saat berbuka lagi-lagi harus mencari hidangan untuk disantap. Dan saya merupakan tipe orang yang malas untuk makan sendiri. Lagi-lagi momen ini saya manfaatkan untuk berbuka bersama teman. Seringkali saya menyempatkan waktu untuk mencari takjil di kawasan sunmor. Kawasan ini selama Ramadan dimanfaatkan oleh para pedagang untuk menjual berbagai macam makanan mulai dari yang ringan hingga berat dan berbagai minuman dengan macam tipenya. Lokasi sunmor dari kosan saya tidak terlalu jauh dan hal inilah yang membedakan suasana berbuka saya dengan di Jakarta karena disana tidak ada tempat pusat jajanan yang dekat dengan rumah.

Perbedaan yang saya rasakan sebagai anak rantau bahwa, saya disini diajarkan secara tidak langsung untuk menjadi orang yang lebih mandiri dengan berbagai cara yang dapat kita temukan untuk bertahan hidup. Dan kita sebagai makhluk sosial pasti membutuhkan orang lain. Dan teman, merupakan pelarian yang saya dapatkan ketika tidak ada keluarga, sehingga kita harus mencari teman yang baik yang dapat membantu hidup kita kearah yang lebih baik.

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published.